Minggu, 01 November 2009

Awalan


 Kali pertama saya  mulai belajar membuat blog adalah "FOKAL".(Sekarang berubah menjadi "komunitas Oejoeng"). Pada awal  belajar membuat blog saya ingin blog yang saya buat langsung jadi, dan bisa dipublikasikan dengan segala pernak-perniknya, layaknya blog saya sekarang. Padahal waktu itu masih minim sekali pengetahuan tentang meng-arrange blog. Hampir setiap hari hingga larut malam waktu tersita hanya untuk mengelola blog, sampai kadang-kadang pekerjaan rutin banyak tertinggal dan terabaikan. Mungkin saya lagi 'giro-gironya' (seneng-senengnya= istilah bahasa orang tua dulu waktu saya masih kanak-kanak). Sebetulnya langkah membuat blog itu cuma tiga langkah aja kok, cuma yang bikin lama waktu blog yang sudah jadi ini, mau dibuat seperti apa gitu lho .
Pada masalah layout  sebetulnya bukan problem, itu mah gampang saya pikir, bisa dicari sana-sini. Justru bagian tersulit mentransformasikan yang ada diotak menjadi kalimat yang tersusun rapi, agar menarik dan bermakna. Lalu pertanyaanya adalah bagaimana sih caranya supaya bisa? jawabannya cukup satu kata "banyak baca dan latihan, gunakan media blog untuk latihan dan latihan", begitu salah satu kunci yang disarankan para penulis sukses.

Akhirnya saran temen, saya ikuti dan mulai browsing ke beberapa para blogger , mulai dari blogger map Bandung, Jakarta, Jogya sampai blogger  'murniramli dengan blognya "BERGURU". Banyak lagi tulisan-tulisan dan buku yang disarankan untuk mahir menulis dan mudah yang bisa didapat di Internet dengan cara mesin pencari ('search engine). Kali ini saya harus mengatakan setuju apa yang dikatakan Mr. Sire di Facebook tempo hari "Berterimakasihlah pada Google!!!". Tetapi juga saya ucapkan terimakasih kepada para blogger dan netter yang telah banyak memberikan inspirasi dan pencerahannya melalui blog tips dan tutorialnya.

Karena keterbatasan dan 'bokek'nya bahan bacaan, saya tidak melanjutkan coloteh saya, akan tetapi saya ingin membagi pengetahuan melalui kutipan tulisan yang saya 'rogoh' dari blog tetangga, yaitu kutipan dari tulisan pak Urip tentang "Teori berak dalam menulis". Maksud dari pilihan judul dari postingan ini Pertama : hanyalah untuk mempublish kembali tulisan dari blog pak Urip tentang "Teori berak dalam menulis". Judulnya selain terkesan "JOROK", tetapi menarik dan punya makna yg 'dalam', sampai-sampai sy sempat senyum-mesem membenarkan si penulis, kedua mudah-mudahan republish yg sy kutip dapat bermanfaat bagi teman2 yang mungkin 'hari gini masih ga bisa nulis' atau ada yang entry behaviorenya memadai, akan tetapi tidak punya tulisan (ibarat banyak makan, ga berak-berak-jangan-jangan punya kelainan). Ketiga kutipan ini sekaligus mengawali postingan saya sebagai awal pembelajaran. smoga berlanjut !

Kutipan tulisan bg Urip menjadi inspirasi saya dalam memulai belajar menulis.Dibawah ini adalah tulisan motivasi menulisnya Bang Urip :

"Menulis itu kan ‘menuangkan’ pikiran, melahirkan apa-apa yang ada di pikiran, apa yang dipikir. Kalau banyak membaca akan banyak hal bisa diolah, otak itu ibarat komputer. Apabila ada input akan terjadi process melahirkan output. Bacaan itu agar otak bisa bekerja dan hasilnya lebih bagus. Tidak lucu kalau otak disuruh bekerja sementara raw materials cekak. Bisa-bisa haus itu sel-sel syaraf. Bisa gila, bo.

Atau mau contoh yang sedikit jorok. Kalau kita banyak makan akan menumpuk di lambung. Mesin lambung akan menggilingnya, mana yang baik dijadikan ‘makanan’ tubuh, ampasnya akan menjadi tahi. Dari masukan makanan itu akan terpenuhi kebutuhan tubuh, Sampeyan akan sehat. Kalau berlebihan tentu saja sakit. Banyak makan akan banyak berak he … he … Kira-kira begitu contoh gampangnya.

Kalau tidak makan, apa yang mau dikeluarkan dubur? Paling-paling kentut. Kalau lambung tidak ada isinya, akan terjadi gesekan yang berakibat penyakit maag. Begitu kata dokter. Begitu juga menulis. Kalau sampeyan merenung terus-menerus, berpikir, tapi bahannya tidak diraup dengan membaca, bisa gila lho, sebab otak bisa rusak. Pendek kisah, harus banyak membaca.

Jadi, kalau bermaksud menjadi penulis, ya banyak membaca. Harus banyak masukan ke otak. Kalau punya entry behaviore yang cukup pastilah menulis jadi mudah. Ya itu, kalau banyak makan, tidak berak-berak, perut bisa meledak. Pasti ada kelainan. Sampeyan tidak mau kan punya kelainan?

Ingat, menulis itu adalah cara keluaran apa yang ada di otak, yang diolah otak. Punya teman yang suka ngomong sepanjang hari? Dia itu orang cerdas yang tidak paham arti kecerdasan. Kalau dia mau belajar menulis, pasti menjadi penulis hebat. Sebab, cara kerja otaknya cepat.

Tapi, sekali lagi ingat, agama kita tidak menganjurkan orang suka omong banyak. Omongan itu tidak bisa dipegang, begitu keluar, di telan ruang. Kalau menulis, bisa dilihat betul-salahnya. Mereka yang punya pengetahuan luas, banyak ilmu, tidak mau menulis, jangan-jangan takut kalau menulis bisa terlihat seketika, dia pintar atau tidak. Menulis itu tidak main-main, lho. Contoh, suatu kali sebuah surat kabar nasional menulis tentang Nabi Muhammad SAW. Nabi yang seharusnya ditulis dengan n tertulis b, jadi babi. Datang protes dari mana-mana, didemo kalangan Islam.

Dengan kata lain, kalau pun bahan-bahan untuk ditulis sudah menumpuk di otak, harus pula hati-hati menuliskannya. Kalau tidak, salah menulis satu huruf saja, fatal akibatnya. Itu soal huruf, apalagi soal rangkaian tulisan."

Semoga bermanfaat !!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan komen No. Spam No Porn